Pilih Bahasa

Tuesday 2 May 2017

Menguak Makna Penamaan Surah Alquran Dalam Prespektif Struktur (Bagian-I)


Apalah arti sebuah nama? Demikian salah satu pepatah menyatakan satu sikap rendah hati agar seseorang tak ingin namanya diingat karena telah melakukan satu perbuatan baik. Atau seseorang tak ingin dikenal jatidirinya dan ia ingin agar orang lain lebih melihat pada sikap dan pribadinya dari pada identitasnya.
 
Bagaimanapun juga, nama tetaplah penting. Selain sebagai identitas panggilan, nama juga menjelaskan hal ihwal satu objek tertentu ataupun suatu benda. Sebelum mengajarkan bagaimana bertahan hidup di lingkungan yang baru, bumi Allah SWT terlebih dulu menginformasikan nama-nama dari berbagai macam makhluk ciptaan-Nya dan kegunaannya di muka bumi ini, yang keberadaannya telah lebih dulu dibanding Nabi Adam as.

Saat orang tua memberi nama anaknya Ahmad, selain sebagai identitas pembeda antara para saudaranya dan orang lain, juga dilatarbelakangi oleh satu motif tertentu, yakni niatan baik. Tentu, dengan memilih kata Ahmad sebagai nama anaknya, orang tuanya berharap agar kelak ia menjadi anak yang tingkah lakunya luhur dan sangat terpuji.

Begitu halnya dengan penamaan surah dalam Alquran menurut hemat penulis tentu memiliki tujuan-tujuan tertentu.  Menurut Jumhur, penamaan surah Alquran bersifat Tauqiify, disampaikan Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW melalui perantaraan malaikat Jibril, tak hanya berfungsi sebagai identitas surah yang membedakan antara surah tertentu dengan surah lainnya. Namun ada maksud atau pesan tertentu yang melatarbelakangi penamaan surah-surah Alquran.

Bila selama ini muncul pertanyaan:”kenapa surah ke-2 Alquran dinamakan al Baqarah?”, maka jawabannya dapat dipastikan begini:”karena di dalamnya tersebut kata “al Baqarah” pada ayat 67”. Lalu atas pertimbangan apakah kata al Baqarah dipilih sebagai nama surah? Bila dikatakan ia hewan yang istimewa, karena susu dan dagingnya paling banyak dikonsumsi oleh kita maka bukankah keberadaan sapi di tanah Arab jarang, sehingga para Nabi lebih banyak mengkonsumsi susu dan daging unta atau kambing!?

Sekedar informasi, surah al Baqarah juga bukan surah yang pertama disebut dalam surah al Baqarah. Hewan yang pertamakali disebut adalah nyamuk (ba’udhoh), kenapa tidak dinamakan surah ba’udhoh? Demikian pula hewan yang kedua disebut, bukanlah sapi betina, namun salwa, sejenis burung pipit atau puyuh. Tidak pula hewan ketiga yang disebut dalam surah ke2 itu, justru yang disebut adalah kera (qirodah).

Lalu, sekali lagi atas dasar apakah Alqurah surah kedua itu dinamakan? Inilah salah satu area yang menjadi kajian struktur Alquran secara intensif, terkait dengan manusia, sifat dan kepribadiannya, fisik dan non fisik, kelebihan dan kekurangannya.

Bagi kalangan awam, mungkin pendekatan ini memang sekilas mirip astrologi atau zodiac, namun coba anda berpikir sejenak! Duluan mana, antara astrology dengan Alquran? urutan surah Alquran yang menjadi dasar dari pendekatan ini telah ada 14 abad yang silam, sedangkan astrology baru dikembangkan barat baru sekitar 8 abad yang lalu.

Sayangnya, pengetahuan tentang manusia dalam Alquran mengalami keterlambatan eksplorasi dibanding bidang keilmuan lainnya. Di samping itu, kajian tentang manusia di Alquran lebih sering menggunakan pendekatan verbal ayat melalui berbagai macam metode tafsir yang ada.

Seperti diketahui, ekplorasi tentang manusia dengan menggunakan pendekatan verbal sangatlah terbatas. Terbukti, hanya beberapa ayat saja yang secara spesifik bicara tentang karakter dan kepribadian manusia.
Meski kajian tentang urutan dan penamaan surah Alquran telah mulai ada sekitar 3 abad setelah Nabi wafat, namun penulis belum mendapatkan satupun tulisan yang mencoba menggali pesan di balik urutan surah dan penamaannya lalu dikaitkan dengan karakter dan kepribadian manusia.

Bila kita bicara psikologi Alquran secara tidak langsung mencakup semua sisi yang membicarakan tentang manusia dalam Alquran. Memang, selama ini kajian tentang manusia dalam Alquran hanya terfokus pada ayat yang tersurat secara verbal.

Oleh karena itu, perlu kiranya penulis menyinggung tentang hal tersebut dalam pembahasan ini. Belum lama, sekitar tahun 90 an, muncul buku dengan judul psikologi Alquran karya Dr. Lukman Saksono. Setelah membaca dengan seksama, penulis menemukan banyak penjelasan yang kurang proporsional.

Hal itu disebabkan penulis buku tersebut menguraikan apa yang menurutnya psikologi Alauran dengan melibatkan hal-hal yang tidak terpaut langsung dengan Alquran itu sendiri. Dengan kata lain, menggunakan unsur yang unnatural atau tidak asli (unsur ijtihad) Alquran semisal tanda ‘ain, halaman, awal juz dan sebagainya.

Dengan demikian, hemat penulis, uraian yang masih melibatkan unsur ijtihady dalam Alquran tidak dapat disandarkan dengan Alquran. Sebab, misalnya tidak semua mushaf Alquran terdapat tanda ‘ain-nya. Singkat kata, format mushaf sangat beragam dan berbeda-beda. Alhasil, penomoran dan susunan ayat tiap halaman juga berbeda.

Sehingga, ketika seseorang menyandarkan unsur yang tidak asli tersebut dengan Alquran, secara tidak langsung ia mengatakan bahwa mushaf lain yang tidak ada tanda-tanda itu bukan Alquran.

A. Psikologi Verbal Alquran
Kesibukan dan gemerlap dunia yang fana ini, diakui atau tidak, sedikit atau banyak, telah melenakan manusia untuk sejenak berpikir siapa sejatinya dirinya. Makhluk bernama manusia yang sejatinya adalah hewan yang berakal dan berbicara (hayawan Nathiq). Beruntunglah, kita, Umat Nabi Muhammad SAW, yang sejak 14 abad lalu memiliki kitab panduan yang sarat dengan pelbagai informasi yang sangat kita butuhkan dalam mengarungi bahtera kehidupan yang penuh tantangan ini.

Sayang beribu sayang, tidak sedikit dari kita yang belum mengerti atau menterjemahkan terlebih mengaplikasikan buku petunjuk tersebut dalam keseharian kita.  Padahal, tanpa buku panduan tersebut, kita bakal terombang-ambingkan oleh ganasnya ombak samudera kehidupan yang serba tak menentu ini.
Terkait tindak tanduk manusia yang diklaim sebagai makhluk paling sempurna, Sang Creator, Allah SWT, pun tidak pelit membagi rahasia ciptaanNya itu kepada semua makhluk di jagad raya ini, termasuk untuk manusia sendiri agar Ia sadar siapa dirinya. Selain tersirat pada struktur dan formatnya yang selama ini di kaji dan dituturkan Khalifah, Psikologi juga tersurat dalam ayat Alquran secara verbal. Tentu, untuk mengungkapkanya diperlukan pendekatan Tafsir.

Berikut ini, penulis ketengahkan beberapa spesifikasi (tabiat, tingkahlaku, sepakterjang) makhluk bernama manusia, yang oleh para ilmuan abad modern disebut sebagai Psikologi. Informasi ini tersirat secara indah dalam untaian kalam suci, Alquran al Karim. (bersambung)


@By H. Ziyad Ulhaq., SQ., MA


No comments:

Post a Comment