Apalah arti sebuah nama? Demikian salah satu pepatah menyatakan satu sikap rendah hati agar seseorang tak ingin namanya diingat karena telah melakukan satu perbuatan baik. Atau seseorang tak ingin dikenal jatidirinya dan ia ingin agar orang lain lebih melihat pada sikap dan pribadinya dari pada identitasnya.
Bagaimanapun juga, nama tetaplah
penting. Selain sebagai identitas panggilan, nama juga menjelaskan hal ihwal
satu objek tertentu ataupun suatu benda. Sebelum mengajarkan bagaimana bertahan
hidup di lingkungan yang baru, bumi Allah SWT terlebih dulu menginformasikan
nama-nama dari berbagai macam makhluk ciptaan-Nya dan kegunaannya di muka bumi
ini, yang keberadaannya telah lebih dulu dibanding Nabi Adam as.
Saat orang tua memberi nama anaknya
Ahmad, selain sebagai identitas pembeda antara para saudaranya dan orang lain,
juga dilatarbelakangi oleh satu motif tertentu, yakni niatan baik. Tentu,
dengan memilih kata Ahmad sebagai nama anaknya, orang tuanya berharap agar
kelak ia menjadi anak yang tingkah lakunya luhur dan sangat terpuji.
Begitu halnya dengan penamaan surah
dalam Alquran menurut hemat penulis tentu memiliki tujuan-tujuan
tertentu. Menurut Jumhur, penamaan surah Alquran bersifat Tauqiify,
disampaikan Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW melalui perantaraan malaikat
Jibril, tak hanya berfungsi sebagai identitas surah yang membedakan antara
surah tertentu dengan surah lainnya. Namun ada maksud atau pesan tertentu yang
melatarbelakangi penamaan surah-surah Alquran.
Bila selama ini muncul
pertanyaan:”kenapa surah ke-2 Alquran dinamakan al Baqarah?”, maka jawabannya
dapat dipastikan begini:”karena di dalamnya tersebut kata “al Baqarah” pada
ayat 67”. Lalu atas pertimbangan apakah kata al Baqarah dipilih sebagai nama
surah? Bila dikatakan ia hewan yang istimewa, karena susu dan dagingnya paling
banyak dikonsumsi oleh kita maka bukankah keberadaan sapi di tanah Arab jarang,
sehingga para Nabi lebih banyak mengkonsumsi susu dan daging unta atau
kambing!?
Sekedar informasi, surah al Baqarah
juga bukan surah yang pertama disebut dalam surah al Baqarah. Hewan yang
pertamakali disebut adalah nyamuk (ba’udhoh), kenapa tidak dinamakan surah
ba’udhoh? Demikian pula hewan yang kedua disebut, bukanlah sapi betina, namun
salwa, sejenis burung pipit atau puyuh. Tidak pula hewan ketiga yang disebut
dalam surah ke2 itu, justru yang disebut adalah kera (qirodah).
Lalu, sekali lagi atas dasar apakah
Alqurah surah kedua itu dinamakan? Inilah salah satu area yang menjadi kajian
struktur Alquran secara intensif, terkait dengan manusia, sifat dan
kepribadiannya, fisik dan non fisik, kelebihan dan kekurangannya.
Bagi kalangan awam, mungkin
pendekatan ini memang sekilas mirip astrologi atau zodiac, namun coba anda
berpikir sejenak! Duluan mana, antara astrology dengan Alquran? urutan surah
Alquran yang menjadi dasar dari pendekatan ini telah ada 14 abad yang silam,
sedangkan astrology baru dikembangkan barat baru sekitar 8 abad yang lalu.
Sayangnya, pengetahuan tentang
manusia dalam Alquran mengalami keterlambatan eksplorasi dibanding bidang
keilmuan lainnya. Di samping itu, kajian tentang manusia di Alquran lebih
sering menggunakan pendekatan verbal ayat melalui berbagai macam metode tafsir
yang ada.
Seperti diketahui, ekplorasi tentang
manusia dengan menggunakan pendekatan verbal sangatlah terbatas. Terbukti,
hanya beberapa ayat saja yang secara spesifik bicara tentang karakter dan
kepribadian manusia.
Meski kajian tentang urutan dan
penamaan surah Alquran telah mulai ada sekitar 3 abad setelah Nabi wafat, namun
penulis belum mendapatkan satupun tulisan yang mencoba menggali pesan di balik
urutan surah dan penamaannya lalu dikaitkan dengan karakter dan kepribadian
manusia.
Bila kita bicara psikologi Alquran
secara tidak langsung mencakup semua sisi yang membicarakan tentang manusia
dalam Alquran. Memang, selama ini kajian tentang manusia dalam Alquran hanya
terfokus pada ayat yang tersurat secara verbal.
Oleh karena itu, perlu kiranya
penulis menyinggung tentang hal tersebut dalam pembahasan ini. Belum lama,
sekitar tahun 90 an, muncul buku dengan judul psikologi Alquran karya Dr.
Lukman Saksono. Setelah membaca dengan seksama, penulis menemukan banyak
penjelasan yang kurang proporsional.
Hal itu disebabkan penulis buku
tersebut menguraikan apa yang menurutnya psikologi Alauran dengan melibatkan
hal-hal yang tidak terpaut langsung dengan Alquran itu sendiri. Dengan kata
lain, menggunakan unsur yang unnatural atau tidak asli (unsur ijtihad) Alquran
semisal tanda ‘ain, halaman, awal juz dan sebagainya.
Dengan demikian, hemat penulis,
uraian yang masih melibatkan unsur ijtihady dalam Alquran tidak dapat disandarkan
dengan Alquran. Sebab, misalnya tidak semua mushaf Alquran terdapat tanda
‘ain-nya. Singkat kata, format mushaf sangat beragam dan berbeda-beda. Alhasil,
penomoran dan susunan ayat tiap halaman juga berbeda.
Sehingga, ketika seseorang
menyandarkan unsur yang tidak asli tersebut dengan Alquran, secara tidak
langsung ia mengatakan bahwa mushaf lain yang tidak ada tanda-tanda itu bukan
Alquran.
A. Psikologi Verbal Alquran
Kesibukan dan gemerlap dunia yang
fana ini, diakui atau tidak, sedikit atau banyak, telah melenakan manusia untuk
sejenak berpikir siapa sejatinya dirinya. Makhluk bernama manusia yang
sejatinya adalah hewan yang berakal dan berbicara (hayawan Nathiq).
Beruntunglah, kita, Umat Nabi Muhammad SAW, yang sejak 14 abad lalu memiliki
kitab panduan yang sarat dengan pelbagai informasi yang sangat kita butuhkan
dalam mengarungi bahtera kehidupan yang penuh tantangan ini.
Sayang beribu sayang, tidak sedikit
dari kita yang belum mengerti atau menterjemahkan terlebih mengaplikasikan buku
petunjuk tersebut dalam keseharian kita. Padahal, tanpa buku panduan
tersebut, kita bakal terombang-ambingkan oleh ganasnya ombak samudera kehidupan
yang serba tak menentu ini.
Terkait tindak tanduk manusia yang
diklaim sebagai makhluk paling sempurna, Sang Creator, Allah SWT, pun tidak
pelit membagi rahasia ciptaanNya itu kepada semua makhluk di jagad raya ini,
termasuk untuk manusia sendiri agar Ia sadar siapa dirinya. Selain tersirat
pada struktur dan formatnya yang selama ini di kaji dan dituturkan Khalifah,
Psikologi juga tersurat dalam ayat Alquran secara verbal. Tentu, untuk
mengungkapkanya diperlukan pendekatan Tafsir.
Berikut ini, penulis ketengahkan
beberapa spesifikasi (tabiat, tingkahlaku, sepakterjang) makhluk bernama
manusia, yang oleh para ilmuan abad modern disebut sebagai Psikologi. Informasi
ini tersirat secara indah dalam untaian kalam suci, Alquran al Karim.
(bersambung)
@By H. Ziyad Ulhaq., SQ., MA
No comments:
Post a Comment