Namun, lagi-lagi rasa sayang
terhadap ayah mereka justru mendorong mereka berlaku culas. Mereka berusaha
memperdaya ayahnya seakan-akan Yusuf as wafat diterkam binatang buas
(Serigala). Simak ayat berikut :
Mereka datang membawa baju gamisnya (yang berlumuran) dengan darah palsu. Ya'qub berkata:"Sebenarnya dirimu sendirilah yang memandang baik perbuatan (yang buruk) itu: maka kesabaran yang baik itulah (kesabaranku). Dan Allah sajalah yang dimohon pertolongan-Nya terhadap apa yang kamu ceritakan". (QS. 12:18)
Coba bayangkan? Darimana mereka
dapat ide, berabad-abad silam sebelum modus kejahatan berkembang seperti saat
ini, merampas pakaian Yusuf as dan melumurinya dengan darah domba untuk
mengelabui ayahnya dan memperkuat pengakuan mereka. Subhanallah..
Ternyata, rasa hasud dan benci telah
memperkaya manusia dengan berbagai modus operandi dalam rangka memuluskan unsur
keburukan yang memang telah ada dalam diri mereka untuk mengumbar segala yang
terlintas dalam pikiran jahatnya. Na’udzubillah…
Nah, diharapkan, dengan memahami
diri kita yang sejatinya terdiri dari kedua unsur di atas, setidaknya
mengingatkan kita bila terlintas bisikan jahat dalam pikiran kita, segeralah
hidupkan dan pencet tombol unsur baik kita, semogalah bisikan jahat itu gagal
menggerakkan anggota tubuh kita untuk melakukan sesuatu yang buruk.
5. Berkelit dan Cuci Tangan
Boleh dikatakan, tingkat pendidikan
turut membentuk pola pikir dan kedewasaan seseorang. Namun, tidak jarang
ditemui banyak individu yang mengenyam pendidikan tinggi kalah dewasa dengan
seseorang yang rendah tingkat pendidikan formalnya.
Hal ini dilatarbelakangi oleh
anggapan sebagian masyarakat bahwa pendidikan harus ditempuh secara formal.
Mereka seakan lupa, bahwa pendidikan sejatinya adalah seberapa besar daya serap
dan pemahaman seseorang terhadap lingkungan dan perjalanan hidupnya.
Ketidakdewasaan seseorang
mendorongnya bersikap tidak gentle dan kurang bertanggung jawab. Hal ini
terlihat jelas saat melakukan kesalahan. Secara naluriah, manusia akan
cenderung untuk tidak mengakuinya. Namun kesadaran dan kedewasaannya menepis
sikap tersebut.
Perhatikan, bagaimana para saudara
Yusuf berkelit dari kesalahan yang telah mereka perbuat.Simak ayat berikut:
Mereka berkata :"Wahai ayah
kami,sesungguhnya kami pergi berlomba-lomba dan kami tinggalkan Yusuf di dekat
barang-barang kami, lalu dia dimakan serigala; dan kamu sekali-kali tidak akan
percaya kepada kami,sekalipun kami adalah orang-orang yang benar".
(QS.Yusuf, 12 :17)
Sifat kurang baik tersebut memacu mereka untuk mencari alasan
yang masuk akal.Singkat kata, manusia memiliki sifat banyak alasan.
Bila alasannya dapat dibenarkan
tidaklah masalah. Masalah timbul bila alasan dibuat-buat terlebih bila
dibumbuhi dengan kebohongan. Semoga Allah SWT menjaga kita dari semua sifat
ini.
6. Berkeluh Kesah
Seringkali dalam kehidupan
sehari-hari, kita mendengar keluh kesah orang di sekeliling kita. “Aduh macet”,
“kok mahal ya”, “aduh, capek neh”, “kok banyak banget tugas yang harus
dikerjakan ya” adalah sederet ungkapan keluh kesah yang mungkin sering kita
temui.
Wajar, tidak usah kaget, memang
demikianlah manusia.14 abad lalu, Allah SWT membeberkan spesifikasi produkNya
bernama manusia melalui untaian ayat Alquran.
“Sesungguhnya manusia diciptakan
bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh
kesah, dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir,” (QS. al Ma’aarij, 70
:19-21).
7. Tergesa-gesa
7. Tergesa-gesa
Apakah kita sering melihat seseorang
mengendarai motor atau mobilnya sradak sruduk, tidak mau antri, srobot sana
srobot sini tanpa memperdulikan hak dan keselamatan orang lain? Besar kemungkinan
sifat tergesa-gesa sedang menguasai dirinya.
Sederet alasan pun dijadikan
pembenaran atas perbuatan tak terpuji tersebut. Kawatir terlambat, takut
dimarahi bos, ada janji dan sebagainya kerap terucap dari mereka yang secara
tak sadar telah melanggar hak orang lain.
Apa boleh dikata? Demikianlah
manusia yang dibeberkan memiliki kecenderungan selalu terburu-buru, ingin cepat
sampai ke tujuan, dan tergesa-gesa.
Selayaknya, dengan mengetahui
kelemahan laten itu, melalui Alquran yang kita baca, pada ayat berikut ini:
…Dan adalah manusia bersifat
tergesa-gesa.”, kita segera tersadar dan berusaha meminimalisirnya.
8. Banyak Sanggahannya
Menyoal makhluk bernama manusia,
memang tak akan ada habisnya. Selalu saja muncul perilaku dan karakter unik
yang terkadang takk disangka dan mengejutkan kita.
Adakah kita mendapati di sekeliling
kita, ketika seseorang telah jelas-jelas secara pasti melakukan kesalahan, Ia
masih ingin berdebat dan berusaha merubah image sebaliknya, tak bersalah?
Pernahkah kita menemui ketika
kebenaran telah tampak nyata dihadapan kita, ada seseorang yang berusaha
menepis dan menyanggahnya. Sekali lagi, tak usah gusar dan heran.
Itulah manusia, yang diklaim
penciptanya,sesuai ayat berikut ini:
“…Dan manusia adalah makhluk yang paling banyak membantah.” (Qs. al Kahfi, 18 : 54).(bersambung...)
By. H. Ziyad Ulhaq., SQ., MA
No comments:
Post a Comment