Pilih Bahasa

Friday 5 May 2017

Menguak Makna Penamaan Surah Alquran Dalam Prespektif Struktur (Bagian- IV)



 Namun, lagi-lagi rasa sayang terhadap ayah mereka justru mendorong mereka berlaku culas. Mereka berusaha memperdaya ayahnya seakan-akan Yusuf as wafat diterkam binatang buas (Serigala). Simak ayat berikut :


Mereka datang membawa baju gamisnya (yang berlumuran) dengan darah palsu. Ya'qub berkata:"Sebenarnya dirimu sendirilah yang memandang baik perbuatan (yang buruk) itu: maka kesabaran yang baik itulah (kesabaranku). Dan Allah sajalah yang dimohon pertolongan-Nya terhadap apa yang kamu ceritakan". (QS. 12:18)

Coba bayangkan? Darimana mereka dapat ide, berabad-abad silam sebelum modus kejahatan berkembang seperti saat ini, merampas pakaian Yusuf as dan melumurinya dengan darah domba untuk mengelabui ayahnya dan memperkuat pengakuan mereka. Subhanallah..

Ternyata, rasa hasud dan benci telah memperkaya manusia dengan berbagai modus operandi dalam rangka memuluskan unsur keburukan yang memang telah ada dalam diri mereka untuk mengumbar segala yang terlintas dalam pikiran jahatnya. Na’udzubillah…

Nah, diharapkan, dengan memahami diri kita yang sejatinya terdiri dari kedua unsur di atas, setidaknya mengingatkan kita bila terlintas bisikan jahat dalam pikiran kita, segeralah hidupkan dan pencet tombol unsur baik kita, semogalah bisikan jahat itu gagal menggerakkan anggota tubuh kita untuk melakukan sesuatu yang buruk.

5. Berkelit dan Cuci Tangan
Boleh dikatakan, tingkat pendidikan turut membentuk pola pikir dan kedewasaan seseorang. Namun, tidak jarang ditemui banyak individu yang mengenyam pendidikan tinggi kalah dewasa dengan seseorang yang rendah tingkat pendidikan formalnya.

Hal ini dilatarbelakangi oleh anggapan sebagian masyarakat bahwa pendidikan harus ditempuh secara formal. Mereka seakan lupa, bahwa pendidikan sejatinya adalah seberapa besar daya serap dan pemahaman seseorang terhadap lingkungan dan perjalanan hidupnya.

Ketidakdewasaan seseorang mendorongnya bersikap tidak gentle dan kurang bertanggung jawab. Hal ini terlihat jelas saat melakukan kesalahan. Secara naluriah, manusia akan cenderung untuk tidak mengakuinya. Namun kesadaran dan kedewasaannya menepis sikap tersebut.
Perhatikan, bagaimana para saudara Yusuf berkelit dari kesalahan yang telah mereka perbuat.Simak ayat berikut:

Mereka berkata :"Wahai ayah kami,sesungguhnya kami pergi berlomba-lomba dan kami tinggalkan Yusuf di dekat barang-barang kami, lalu dia dimakan serigala; dan kamu sekali-kali tidak akan percaya kepada kami,sekalipun kami adalah orang-orang yang benar". (QS.Yusuf, 12 :17)
 
Sifat kurang baik tersebut memacu mereka untuk mencari alasan yang masuk akal.Singkat kata, manusia memiliki sifat banyak alasan.
Bila alasannya dapat dibenarkan tidaklah masalah. Masalah timbul bila alasan dibuat-buat terlebih bila dibumbuhi dengan kebohongan. Semoga Allah SWT menjaga kita dari semua sifat ini.

6. Berkeluh Kesah
Seringkali dalam kehidupan sehari-hari, kita mendengar keluh kesah orang di sekeliling kita. “Aduh macet”, “kok mahal ya”, “aduh, capek neh”, “kok banyak banget tugas yang harus dikerjakan ya” adalah sederet ungkapan keluh kesah yang mungkin sering kita temui.

Wajar, tidak usah kaget, memang demikianlah manusia.14 abad lalu, Allah SWT membeberkan spesifikasi produkNya bernama manusia melalui untaian ayat Alquran.


 
“Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah, dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir,” (QS. al Ma’aarij, 70 :19-21).
  
7. Tergesa-gesa
Apakah kita sering melihat seseorang mengendarai motor atau mobilnya sradak sruduk, tidak mau antri, srobot sana srobot sini tanpa memperdulikan hak dan keselamatan orang lain? Besar kemungkinan sifat tergesa-gesa sedang menguasai dirinya.    

Sederet alasan pun dijadikan pembenaran atas perbuatan tak terpuji tersebut. Kawatir terlambat, takut dimarahi bos, ada janji dan sebagainya kerap terucap dari mereka yang secara tak sadar telah melanggar hak orang lain.

Apa boleh dikata? Demikianlah manusia yang dibeberkan memiliki kecenderungan selalu terburu-buru, ingin cepat sampai ke tujuan, dan tergesa-gesa.
Selayaknya, dengan mengetahui kelemahan laten itu, melalui Alquran yang kita baca, pada ayat berikut ini:



…Dan adalah manusia bersifat tergesa-gesa.”, kita segera tersadar dan berusaha meminimalisirnya.

8. Banyak Sanggahannya
Menyoal makhluk bernama manusia, memang tak akan ada habisnya. Selalu saja muncul perilaku dan karakter unik yang terkadang takk disangka dan mengejutkan kita.

Adakah kita mendapati di sekeliling kita, ketika seseorang telah jelas-jelas secara pasti melakukan kesalahan, Ia masih ingin berdebat dan berusaha merubah image sebaliknya, tak bersalah?

Pernahkah kita menemui ketika kebenaran telah tampak nyata dihadapan kita, ada seseorang yang berusaha menepis dan menyanggahnya. Sekali lagi, tak usah gusar dan heran.
Itulah manusia, yang diklaim penciptanya,sesuai ayat berikut ini:


“…Dan manusia adalah makhluk yang paling banyak membantah.” (Qs. al Kahfi, 18 : 54).(bersambung...)

By. H. Ziyad Ulhaq., SQ., MA 

No comments:

Post a Comment