*)
Disarikan
dari khutbah jum’at Ust. In’amul Choiri di Masjid Al IKHLAS PT. Isogai Indonesia Delta Silicon I Lippo
Cikarang Tanggal 7 April 2017
Bersama Ust. Reza Muhammad |
Puji
syukur atas limpahan rahmat dan karunia dari Allah SWT berupa kesehatan,
kesempatan dan terpenting adalah istiqomah iman dan islam di dalam diri kita
sehingga hati kita menjadi condong dan langkah kaki kita mudah di gerakkan
menjalankan salah satu kewajiban yaitu sholat jum’at berjama’ah
Sholawat
dan salam semoga dilimpahkan kepada panutan kita dalam menjalani kehidupan di
dunia ini untuk mencapai kebahagian dan kesuksesan dunia akhirat.
Mari kita mengevaluasi
dan meningkatkan taqwa dengan sebaik baiknya dengan menjalankan perintah Allah
sekuat kemampuan yang kita miliki dan meninggalkan larangan Allah secara mutlak
tidak ditawar tawar. Karena menjalankan semua perintah tidaklah semua mampu
(diluar ibadah mahdlo) sedangkan meninggalkan larangan pastilah semua orang
mampu melakukannya. Contoh : ada orang yang mengatakan “Angkat
meja itu” (bentuk kalimat perintah) maka orang yang tenaganya lebih
besar dari berat meja tentunya akan dapat melakukannya sedangkan orang yang
tenaganya lebih kecil tentu tidak dapat mengangkatnya, Sedangkan perkataan “Jangan
angkat Meja itu” (bentuk kalimat larangan) tentunya semua orang mampu
meninggalkannya karena tidak memerlukan energy untuk meninggalkan larangan itu.
Begitulah hakekat semua larangan Allah SWT hendaknya kita tinggalkan karena
tidak ada alasan bagi kita kita tidak mampu meninggalkannya dan menjalankan
perintah Allah sekuat kemampuan dengan mengharap ridlo dari Allah SWT.
Allah
SWT berfirman dalam surat Ali Imran
لَنْ تَنَالُوا الْبِرَّ حَتَّىٰ تُنْفِقُوا مِمَّا تُحِبُّونَ ۚ
وَمَا تُنْفِقُوا مِنْ شَيْءٍ فَإِنَّ اللَّهَ بِهِ عَلِيمٌ
Artinya
“Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu
menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan
maka sesungguhnya Allah mengetahuinya.”
Dari
ayat diatas digambarkan bahwa menginfakkan harta yang sangat dicintai merupakan
syarat meraih kebajikan yang sempurna. Iman perlu dibuktikan dengan
pengorbanan. Menginfakkan harta yang dicintai membuktikan bahwa dia lebih
meyakini apa yang ditangan Allah (kekuasaan Allah) lebih baik dibandingkan
dengan yang berada ditangannya.
Namun demikian, bukan berarti menginfakkan
harta yang harganya rendah menjadi tidak bernilai di sisi Allah.
Apapun yang di infakkan di jalan Allah walau sedikit, tetap bernilai terpuji di
sisi Allah SWT. Kategori dalam berinfaq sangat bervariasi : ada infaq yang bernilai sepuluh kali lipat, ada yang bernilai
tujuh ratus kali, ada pula yang berlipat-lipat (Bighoiri hisab) seperti
ayat diatas yang menunjukkan kebaikan yang sebenarnya.
Ketika ada petugas atau
siapa saja yang dihadirkan dihadapan kita untuk meminta infaq, harusnya kita
bersyukur karena mendapatkan jalan untuk melakukan kebaikan (kebaikan
dihadirkan untuk kita). Jangan sekali kali untuk menghardik mereka,
memperlakukan dengan kasar mereka karena kalau kita memang tidak mampu untuk
berderma katakanlah dengan lemah lembut dan baik
وَأَمَّا السَّائِلَ فَلَا تَنْهَرْ
Dan jangan berpikiran
sedekah kita salah sasaran, kurang tepat, dll karena tidak ada sedekah yang
salah sasaran yang terpenting adalah bagaimana mengatur kondisi hati agar
senantiasa ikhlas mencari ridlo Allah didalam bersedekah. Sebagaimana apa yang
pernah disabda rasulullah yang diriwayatkan Imam Bukhori dan Muslim dari jalur
Abu Huraira r.a sebagaimana gambaran berikut:
Suatu hari ada seseorang laki-laki yang ingin bersedekah
secara sembunyi-sembunyi (tidak ingin diketahui orang lain),
2. Maka dia bersedekah lagi dengan 1 sedekah yang dikeluarkan malam harinya dan diberikan kepada seseorang. Pagi harinya terjadi kegaduhan lagi dimasyarakat : semalam ada pezina yang diberi sedekah. Berita inipun sampai terdengar oleh lelaki yang bersedekah ini. Maka ia beranggapan sedekahnya salah sasaran dan berkata “Ya Allah, segala puji bagi-Mu. Sungguh aku akan bersedekah dengan satu sedekah lagi.”
3. Maka dia bersedekah lagi dengan 1 sedekah yang dikeluarkan malam harinya dan diberikan kepada seseorang. Pagi harinya terjadi kegaduhan lagi dimasyarakat : semalam ada Orang Kaya yang diberi sedekah. Berita inipun sampai terdengar oleh lelaki yang bersedekah ini. Maka ia beranggapan sedekahnya salah sasaran dan berkata “Ya Allah, segala puji bagi-Mu. Atas pencuri, atas pezina dan atas orang yang kaya itu.”
Digambarkan rasulullah SAW bahwa:
Adapun sedekah kepada pencuri maka (dengan sedekah itu) ia menjaga
kehormatannya dari perbuatan mencuri. Adapun wanita pezina itu maka (dengan
sedekah itu) ia menjaga kehormatannya dari zina. Sementara orang kaya itu
(dengan sedekah yang ia terima itu) ia dapat mengambil pelajaran sehingga ia
berinfak dari sebagian rizki yang Allah berikan kepada-Nya perubahan dari sifat
bakhil ke dermawan”.
Demikian semoga kita dapat mengambil pelajaran dari apa yang
diperintahkan oleh Allah SWT dan senantiasa berhusnudzon terhadap perintah-perintahNya
serta diberikan kekuatan untuk melaksanakan dengan ikhlas penuh harap kepada
Allah karena pada hakekatnya kebaikan yang kita lakukan adalah kembali kepada
pelakunya. Aamin.
No comments:
Post a Comment