Disarikan dari khutbah jum'at Ust In'amul Choiri di Masjid Al Hidayah Mercy Serang Baru Bekasi
Buku Risalatul Qoriin penyusun In'amul Choiri |
Allah SWT berfirman :
مَثَلُ الَّذِينَ اتَّخَذُوا مِنْ دُونِ اللَّهِ أَوْلِيَاءَ كَمَثَلِ
الْعَنْكَبُوتِ اتَّخَذَتْ بَيْتًا ۖ وَإِنَّ أَوْهَنَ الْبُيُوتِ لَبَيْتُ
الْعَنْكَبُوتِ ۖ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ
Artinya : Perumpamaan orang-orang
yang mengambil pelindung-pelindung selain Allah adalah seperti laba-laba yang
membuat rumah. Dan sesungguhnya rumah yang paling lemah adalah rumah laba-laba
kalau mereka mengetahui.(al Ankabut 41)
Orang yang menyembah selain Allah SWT adalah bagaikan laba-laba yang disebutkan dalam ayat ini
begitu lemahnya, sehingga tak kuat menahan tiupan angin, dan melindungi
laba-laba itu sendiri dari dingin dan panas. Sarang tersebut tak dapat memenuhi
kebutuhan utamanya apabila sedang diperlukan. Demikianlah halnya gambaran orang
kafir dan musyrik, mereka tak sanggup menyelamatkan diri dari siksa Allah.
Ayat
ini menjelaskan perumpamaan kepada manusia agar dapat diambil pelajaran hal hal
yang tersirat dan tersurat dari ayat ini.
1. (كَمَثَلِ الْعَنْكَبُوتِ اتَّخَذَتْ بَيْتًا ) Dimesir
dibuat seminar mengenai kebahasaan (redaksi) membahas ayat ini, Hasilnya
menunjukkan kekecewaan pada waktu itu karena hubungan antara fi’il dan fa’il
isim dzhahir seperti yang tertera pada ayat ini sebagai hubungan yang
janggal dan tidak selaras. Siapapun tahu bahwa al-‘ankabut merupakan
bentuk mudzakkar, sedangkan ittakhadzat yang menyimpan dhamir
(kata ganti) mu’annats itu kembali ke dhamir dalam lafadz al-‘ankabut
yang mudzakkar. Seharusnya ittakhadza baita. Ahli bahasa tidak
bisa memberesi persoalan ini. Justru yang menyelesaikan masalah ini adalah
sarjana biologi yang melakukan penelitian tentang kehidupan laba-laba. Dia
bediri dan memberikan informasi bahwa menurut hasil penelitiannya, seluruh
laba-laba yang membuat sarang/rumah dengan desain yang teratur dan simetris
seperti itu adalah berjenis kelamin betina. Karena benang laba-laba itu
diproduksi dari rahimnya, dan hanya jenis kelamin betinalah yang mempunyai
rahim. Maka benarlah Al-Qur’an, memasang bentuk mu’annats. Subhanallah
sungguh sempurna al Qur’an diturunkan kepada kita yang dibuat oleh yang maha
sempurna… Masihkah ada keraguan al Qur’an di diri kita ?
Pelajaran yang bisa diambil :
a. Sepintar
apapun kita (se’alim apapun kita ) tidak bisa
hanya mengandalkan rumusan akal sebagai satu satunya pedoman (karena akal tak
sempurna) karena masih ada Allah SWT yang maha tahu segalanya yang bisa engkau
andalkan.
b.
Al
ankabut (laba-laba), hewan yang mungkin
kita anggap remeh akan tetapi mempunyai prestasi besar didalam kehidupan ini
menjadi wasilah penyelamat rasulullah dan sahabatnya, Bagaimana dengan kita
??? yang diberikan akal sehat, pikiran
hebat sudahkan mempunyai prestasi
ketaqwaan yang hebat ???
Sekuat itu benang yang dihasilkan dari laba laba, akan
tetapi mengapa al Qur’an menyebutkannya selemah lemahnya rumah ??? karena merupakan
bahasa sindiran (tamtsil). Orang yang mengambil Tuhan selain Allah itu
seluruh logikanya lemah seperti lemahnya sarang laba-laba. Terkena hujan,
rusak, terkena sentuhan, rusak, dan lain-lain. Siapapun orangnya yang bertuhan
selain Allah itu pasti logikanya tidak masuk akal (Rapuh dan lemah) termasuk
yang menuhankan manusia. Contoh Nabi Isa seorang nabi (manusia) yang lahir
waktu itu kemudian diangkat jadi tuhan, Pertanyaannya bagaimana
dengan umat umat yang hidup ribuan tahun sebelumnya, mereka bertuhan siapa??? Apakah
ada Tuhan lahir belakangan setelah kehidupan dunia berjalan ribuan tahun. Nabi
Isa yang dianggap tuhan punya Ibu yaitu ibunda Maryam. Dan juga punya kakek (Imron) dan
nenek (Hannah). Apakah seorang kakek, seorang nenek, harus menyembah cucunya sendiri
yang diangkat menjadi Tuhan ? Begitulah lemahnya logika orang yang mengambil
tuhan dan pelindung selain Allah SWT dan Al-Qur’an menyebutnya dengan awhanul-buyut.
No comments:
Post a Comment