Kajian Rutin : Kitab
Nashoihuddiniyah
Karya : Syeikh
al Imam Habib Abdullah bin Alwi al Haddad
Oleh : Ust. In’amul
Choiri
Tempat : Musholla An Nur Perum Wahana Cikarang
Selatan
Kitab Nashoihuddiniyah |
Kajian #1
Beliau
(Syeikh al Imam Habib Abdullah bin Alwi al Haddad - Nafa'anallahu bihi wa bi'uluumihi wa amaddanaa bi
asroorihi wa a’adda alaina bin barakatihi. Aamiin) lahir 5 shofar 1044 H dan wafat 7 dzulqa’da 1132 H,
Beliau menerima libas sebagai wali saat berusia 26 tahun yaitu pada tahun 1070
H ketika al Habib Muhammad bin alawi wafat dan mencapai derajad wali quthub, karya beliau yang sangat terkenal
adalah Ratibul Haddad yang disusun pada malam Lailatul Qadr.
Beliau
memulai menyusun kitab ini dengan menulis (بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ), Dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih
dan penyayang yang merupakan hal penting didalam memulai sesuatu yang
bermanfaat atau mengandung kebaikan, sebagaimana sabda nabi Muhammad SAW dalam
hadistnya (كل أمر ذي بال لا يبدأ فيه بـ ” بسم
الله ” فهو أبتر ” ، أي: ناقص البركة.) Artinya
: “Setiap
perkara yang mengandung manfaat yang tidak dimulai dengan BISMILLAAHIR-RAHMAANIR-RAHIIM,
maka dia akan terputus. Artinya adalah kurang berkahnya”. Harapan kitab ini akan membawa keberkahan bagi siapa saja
yang memanfaatkannya termasuk beliau sebagai penyusunnya.
Dan juga dengan memulai basmala maka akan terhindar dari
gangguan syaitan dan tidak ada sesuatu yang bisa memberikan bahaya yang didalamnya
disebutkan nama Allah SWT baik yang ada dilangit maupun dibumi, sehingga harapan
isi yang berada didalamnya kitab ini akan mampu memberikan efek rabbaniyah jauh
dari bisikan syaitan.
Dan beliau menyampaikan bahwa
segala sesuatu yang dilakukan manusia tidak terlepas dari pertolongan dan ijin
dari Allah SWT (لاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ العلى العظيم) Tidak ada daya dalam menghindar dari kemaksiatan dan tidak ada
kekuatan untuk melaksanakan ibadah kepada Allah kecuali hanya dengan
pertolongan dari Allah SWT. Serta tidak ada ilmu dan pengetahuan yang diberikan kepada makhluknya
Allah kecuali atas pengajaran dari Allah SWT. Karena Allah adalah dzat yang
maha mengetahui dan bijaksana. Inilah sifat tawadlu’ yang harus dimiliki oleh
orang orang yang berilmu dan orang yang mencari ilmu sebagaimana ucapan malaikat
yang mengetahui akan keterbatasannya ketika menanyakan kepada Allah SWT tentang
mengapa manusia yang dijadikan kholifah dimuka bumi ini ?. Allah maha
mengetahui terhadap segala sesuatu yang tidak diketahui makhluknya.
Beliau memuji kepada Allah SWT (الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ) dengan penulisan kitab ini yang merupakan bagian dari dakwa
yang harus disampaikan kepada ummat nabi Muhammad saw, karena Allah SWT lah hakekatnya
yang menjadikan dakwa kepada petunjuk kebenaran dan memberikan arah atas
kebaikan.
Dan memberikan nasehat kepada orang
orang islam agar selalu berada dalam jalan kebenaran dan kebaikan merupakan bagian dari seutama utamanya
mendekatkan diri kepada Allah SWT, setinggi tingginya pangkat dari Allah SWT,
Sepenting pentingnya perhatian manusia didalam masalah agama islam.
Jalan dakwa dan memberi nasehat kepada orang muslim
adalah merupakan jalan yang ditempuh
para nabi dan utusan Allah SWT, jalan yang ditempuh para wali wali (kekasih) Allah,
jalan yang ditempuh orang orang sholeh, jalan yang ditempuh oleh para ulama’
yang mengamalkan ilmunya yang menancap kuat didalam hatinya.
Dan beliau juga bersholawat dan
bersalam kepada Pemimpin kita yaitu nabi Muhammad SAW yang merupakan utusan
Allah yang al amin, kekasih Allah yang tinggi pangkatnya, penutup para nabi, pemimpinnya orang orang yang bertaqwa,
pemimpin orang yang dahulu maupun yang akan datang dan juga semoga rahmat dan
keselamatan kepada keluarga, sahabat yang mukhlisin (ikhlas) dan shodiqin (benar)
serta semua orang yang mengikuti nabi - sahabat dengan iman sampai hari kiamat.
Wallohu a’lam.
Ciksel,
9 April 2017
No comments:
Post a Comment