Pilih Bahasa

Friday 14 July 2017

Kajian #1 Nashoihuddiniyah



Kajian Rutin   : Kitab Nashoihuddiniyah
Karya             : Syeikh al Imam Habib Abdullah bin Alwi al Haddad
Oleh               : Ust. In’amul Choiri
Tempat           : Musholla An Nur Perum Wahana Cikarang Selatan

Kitab Nashoihuddiniyah
Kajian #1 

Beliau (Syeikh al Imam Habib Abdullah bin Alwi al Haddad - Nafa'anallahu bihi wa bi'uluumihi wa amaddanaa bi asroorihi wa a’adda alaina bin barakatihi. Aamiin) lahir  5 shofar 1044 H dan wafat 7 dzulqa’da 1132 H, Beliau menerima libas sebagai wali saat berusia 26 tahun yaitu pada tahun 1070 H ketika al Habib Muhammad bin alawi wafat dan mencapai derajad wali quthub, karya beliau yang sangat terkenal adalah Ratibul Haddad yang disusun pada malam Lailatul Qadr.

Beliau memulai menyusun kitab ini dengan menulis (بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ), Dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih dan penyayang yang merupakan hal penting didalam memulai sesuatu yang bermanfaat atau mengandung kebaikan, sebagaimana sabda nabi Muhammad SAW dalam hadistnya (كل أمر ذي بال لا يبدأ فيه بـ ” بسم الله ” فهو أبتر ” ، أي: ناقص البركة.) Artinya : “Setiap perkara yang mengandung manfaat  yang tidak dimulai dengan BISMILLAAHIR-RAHMAANIR-RAHIIM, maka dia akan terputus. Artinya adalah kurang berkahnya”. Harapan kitab ini akan membawa keberkahan bagi siapa saja yang memanfaatkannya termasuk beliau sebagai penyusunnya.

Dan juga dengan memulai basmala maka akan terhindar dari gangguan syaitan dan tidak ada sesuatu yang bisa memberikan bahaya yang didalamnya disebutkan nama Allah SWT baik yang ada dilangit maupun dibumi, sehingga harapan isi yang berada didalamnya kitab ini akan mampu memberikan efek rabbaniyah jauh dari bisikan syaitan.

Dan beliau menyampaikan bahwa segala sesuatu yang dilakukan manusia tidak terlepas dari pertolongan dan ijin dari Allah SWT (لاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ العلى العظيم) Tidak ada daya dalam menghindar dari kemaksiatan dan tidak ada kekuatan untuk melaksanakan ibadah kepada Allah kecuali hanya dengan pertolongan dari Allah SWT. Serta tidak ada  ilmu dan pengetahuan yang diberikan kepada makhluknya Allah kecuali atas pengajaran dari Allah SWT. Karena Allah adalah dzat yang maha mengetahui dan bijaksana. Inilah sifat tawadlu’ yang harus dimiliki oleh orang orang yang berilmu dan orang yang mencari ilmu sebagaimana ucapan malaikat yang mengetahui akan keterbatasannya ketika menanyakan kepada Allah SWT tentang mengapa manusia yang dijadikan kholifah dimuka bumi ini ?. Allah maha mengetahui terhadap segala sesuatu yang tidak diketahui makhluknya.

Beliau memuji kepada Allah SWT (الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ) dengan penulisan kitab ini yang merupakan bagian dari dakwa yang harus disampaikan kepada ummat nabi Muhammad saw, karena Allah SWT lah hakekatnya yang menjadikan dakwa kepada petunjuk kebenaran dan memberikan arah atas kebaikan.

Dan memberikan nasehat kepada orang orang islam agar selalu berada dalam jalan kebenaran dan kebaikan  merupakan bagian dari seutama utamanya mendekatkan diri kepada Allah SWT, setinggi tingginya pangkat dari Allah SWT, Sepenting pentingnya perhatian manusia didalam masalah agama islam.

Jalan dakwa  dan memberi nasehat kepada orang muslim adalah  merupakan jalan yang ditempuh para nabi dan utusan Allah SWT, jalan yang ditempuh para wali wali (kekasih) Allah, jalan yang ditempuh orang orang sholeh, jalan yang ditempuh oleh para ulama’ yang mengamalkan ilmunya yang menancap kuat didalam hatinya.

Dan beliau juga bersholawat dan bersalam kepada Pemimpin kita yaitu nabi Muhammad SAW yang merupakan utusan Allah yang al amin, kekasih Allah yang tinggi pangkatnya,  penutup para nabi,  pemimpinnya orang orang yang bertaqwa, pemimpin orang yang dahulu maupun yang akan datang dan juga semoga rahmat dan keselamatan kepada keluarga, sahabat yang mukhlisin (ikhlas) dan shodiqin (benar) serta semua orang yang mengikuti nabi - sahabat dengan iman sampai hari kiamat.

Wallohu a’lam.
Ciksel, 9 April 2017

No comments:

Post a Comment