Kajian Rutin : Kitab
Nashoihuddiniyah
Karya : Syeikh
al Imam Habib Abdullah bin Alwi al Haddad
Oleh : Ust.
In’amul Choiri
Kajian #4
Beliau
al Imam Habib Abdullah bin Alwi al Haddad - Nafa'anallahu bihi wa bi'uluumihi wa a’adda alaina bin
barakatihi. Aamiin) menukil ayat al Qur’an surat Ali Imron ayat 102 agar
kita benar benar mengamalkan ayat ini karena hal ini adalah sebaik baiknya bekal
bagi manusia. :
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ
إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
“Hai
orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa
kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan
beragama Islam”
Ayat
ini adalah suatu perintah langsung dari Allah SWT untuk hambanya yang beriman
agar mereka bertaqwa. Karena Allah SWT telah mengumpulkan di dalam TAQWA
ini segala bentuk kebaikan, baik untuk saat ini (dunia) dan juga
kebaikan untuk akan datang (akhirat).
Tujuan
diperintahkan taqwa adalah agar seorang hamba ini memperoleh:
1. Keberuntungan
(mendapatkan kebaikan tanpa diduga atas kehendak Allah SWT) 2. Kebaikan (segala yang mendatangkan kemuliyaan - akhlak yang baik dan ketenangan jiwa)
Sebagaimana yang disampaikan rasulullah saw.
“Kebaikan adalah akhlak yang baik, sedangkan dosa adalah apa
saja yang meragukan jiwamu dan kamu tidak suka memperlihatkannya pada orang
lain.” (HR. Muslim)
“Mintalah fatwa kepada hatimu. Kebaikan adalah apa saja yang menenangkan hati dan jiwamu. Sedangkan dosa adalah apa yang menyebabkan hati bimbang dan cemas meski banyak orang mengatakan bahwa hal tersebut merupakan kebaikan.” (HR. Ahmad, Thabrani, dan Al Baihaqi).
“Mintalah fatwa kepada hatimu. Kebaikan adalah apa saja yang menenangkan hati dan jiwamu. Sedangkan dosa adalah apa yang menyebabkan hati bimbang dan cemas meski banyak orang mengatakan bahwa hal tersebut merupakan kebaikan.” (HR. Ahmad, Thabrani, dan Al Baihaqi).
4. Kebahagiaan (ketenangan hati dan jiwa atas karunia Allah SWT yang mendatangkan kepuasan batin)
5. Kemenangan dan kejayaan (dikaruniakan kelebihan keutamaan)
Demikian
gambaran jelas dan nyata tujuan dari taqwa yang diperintahkan kepada hamba
hambanya dan Allah akan mencurahkan rahmatnya untuk hamba hambanya yang beriman
karena sifat rahiimnya – kasih sayangnya Allah terhadap orang orang yang
beriman.
Konsep
yang sudah disampaikan Allah diatas bahwa untuk menjadi pribadi yang diidam-idamkan
semua orang adalah TAQWA. Kita tidak perlu mengkritisi, menguji coba atau
mencari jalan lain, karena apa yang disampaikan Allah SWT sudah pasti kebenarannya.
Keyakinan didalam menjalankan perintah tersebut didalam kehidupan kita
sehari hari mengantarkan kepada kepastian mendapatkan apa yang
sudah dijanjikan oleh Allah SWT. Sebagaimana firmannya
إِنَّ
اللَّهَ لَا يُخْلِفُ الْمِيعَادَ
Sesungguhnya
Allah tidak pernah menyalahi janji
Sudahkah
sampai kisah nabi Musa kepada kita, nabi Musa beserta kaumnya ketika dikejar
oleh Fir’aun dan tentaranya dan mereka hampir tersusul. Para pengikut nabi Musa
mulai panik dan gelisah karena dihadapannya terbentang lautan (tidak ada jalan
lagi), maka nabi Musa menenangkan kaumnya “
قَالَ كَلَّا ۖ إِنَّ مَعِيَ رَبِّي سَيَهْدِينِ |
Sekali-kali
tidak akan tersusul; sesungguhnya Tuhanku besertaku, kelak Dia akan memberi
petunjuk kepadaku
Maka
Allahpun memerintahkan kepada nabi Musa
فَأَوْحَيْنَا إِلَىٰ مُوسَىٰ أَنِ اضْرِبْ بِعَصَاكَ الْبَحْرَ ۖ فَانْفَلَقَ فَكَانَ كُلُّ فِرْقٍ كَالطَّوْدِ الْعَظِيمِ |
Lalu
Kami wahyukan kepada Musa: "Pukullah lautan itu dengan tongkatmu".
Maka terbelahlah lautan itu dan tiap-tiap belahan adalah seperti gunung yang
besar
Karena
keyakinan terhadap perintah Allah SWT, maka tongkat itupun dipukulkan kelaut (tidak
berpikir “kok dipukulkan ke laut tidak ke fir’aun dan tentaranya ???”)
karena keyakinan apa yang dikatakan Allah SWT pastilah benar maka
dikerjakan sesuai yang diperintahkan dan kemenanganpun diperoleh nabi Musa
beserta kaumnya.
Apakah
kita mau mencari konsep lain untuk mencari keberuntungan, kebaikan, pertumbuhan
yang lebih baik, kebahagiaan, kejayaan menurut definisi kita sendiri ???
Apakah
kita lebih mengedepankan akal pikiran kita yang tidak sempurna ini untuk
mendapatkan kebaikan yang sempurna???
Wallohu a’lam.
Ciksel,
7 May 2017
No comments:
Post a Comment