Pilih Bahasa

Wednesday 3 May 2017

Agar memperoleh kebajikan yang sempurna



*) Disarikan dari khutbah jum’at Ust. In’amul Choiri di Masjid Al IKHLAS  PT. Isogai Indonesia Delta Silicon I Lippo Cikarang Tanggal 7 April 2017
Bersama Ust. Reza Muhammad

Puji syukur atas limpahan rahmat dan karunia dari Allah SWT berupa kesehatan, kesempatan dan terpenting adalah istiqomah iman dan islam di dalam diri kita sehingga hati kita menjadi condong dan langkah kaki kita mudah di gerakkan menjalankan salah satu kewajiban yaitu sholat jum’at berjama’ah

Sholawat dan salam semoga dilimpahkan kepada panutan kita dalam menjalani kehidupan di dunia ini untuk mencapai kebahagian dan kesuksesan dunia akhirat.

Mari kita mengevaluasi dan meningkatkan taqwa dengan sebaik baiknya dengan menjalankan perintah Allah sekuat kemampuan yang kita miliki dan meninggalkan larangan Allah secara mutlak tidak ditawar tawar. Karena menjalankan semua perintah tidaklah semua mampu (diluar ibadah mahdlo) sedangkan meninggalkan larangan pastilah semua orang mampu melakukannya. Contoh : ada orang yang mengatakan “Angkat meja itu” (bentuk kalimat perintah) maka orang yang tenaganya lebih besar dari berat meja tentunya akan dapat melakukannya sedangkan orang yang tenaganya lebih kecil tentu tidak dapat mengangkatnya, Sedangkan perkataan “Jangan angkat Meja itu” (bentuk kalimat larangan) tentunya semua orang mampu meninggalkannya karena tidak memerlukan energy untuk meninggalkan larangan itu. Begitulah hakekat semua larangan Allah SWT hendaknya kita tinggalkan karena tidak ada alasan bagi kita kita tidak mampu meninggalkannya dan menjalankan perintah Allah sekuat kemampuan dengan mengharap ridlo dari Allah SWT.

Allah SWT berfirman dalam surat Ali Imran

لَنْ تَنَالُوا الْبِرَّ حَتَّىٰ تُنْفِقُوا مِمَّا تُحِبُّونَ ۚ وَمَا تُنْفِقُوا مِنْ شَيْءٍ فَإِنَّ اللَّهَ بِهِ عَلِيمٌ

Artinya “Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan maka sesungguhnya Allah mengetahuinya.”

Dari ayat diatas digambarkan bahwa menginfakkan harta yang sangat dicintai merupakan syarat meraih kebajikan yang sempurna. Iman perlu dibuktikan dengan pengorbanan. Menginfakkan harta yang dicintai membuktikan bahwa dia lebih meyakini apa yang ditangan Allah (kekuasaan Allah) lebih baik dibandingkan dengan yang berada ditangannya.

Namun demikian, bukan berarti menginfakkan harta yang harganya rendah menjadi tidak bernilai di sisi Allah. Apapun yang di infakkan di jalan Allah walau sedikit, tetap bernilai terpuji di sisi Allah SWT. Kategori dalam berinfaq sangat bervariasi : ada infaq yang  bernilai sepuluh kali lipat, ada yang bernilai tujuh ratus kali, ada pula yang berlipat-lipat (Bighoiri hisab) seperti ayat diatas yang menunjukkan kebaikan yang sebenarnya.

Ketika ada petugas atau siapa saja yang dihadirkan dihadapan kita untuk meminta infaq, harusnya kita bersyukur karena mendapatkan jalan untuk melakukan kebaikan (kebaikan dihadirkan untuk kita). Jangan sekali kali untuk menghardik mereka, memperlakukan dengan kasar mereka karena kalau kita memang tidak mampu untuk berderma katakanlah dengan lemah lembut dan baik

وَأَمَّا السَّائِلَ فَلَا تَنْهَرْ

Dan jangan berpikiran sedekah kita salah sasaran, kurang tepat, dll karena tidak ada sedekah yang salah sasaran yang terpenting adalah bagaimana mengatur kondisi hati agar senantiasa ikhlas mencari ridlo Allah didalam bersedekah. Sebagaimana apa yang pernah disabda rasulullah yang diriwayatkan Imam Bukhori dan Muslim dari jalur Abu Huraira r.a sebagaimana gambaran berikut:

Suatu hari ada seseorang laki-laki yang ingin bersedekah secara sembunyi-sembunyi (tidak ingin diketahui orang lain), 

1. Maka dia bersedekah dengan 1 sedekah itu dikeluarkan malam hari dan diberikan kepada seseorang. Pagi harinya terjadi kegaduhan dimasyarakat : semalam ada pencuri yang diberi sedekah. Berita inipun sampai terdengar oleh lelaki yang bersedekah ini. Maka ia beranggapan sedekahnya salah sasaran dan berkata “Ya Allah, segala puji bagi-Mu. Sungguh aku akan bersedekah dengan satu sedekah lagi.” 

2. Maka dia bersedekah lagi dengan 1 sedekah yang dikeluarkan malam harinya dan diberikan kepada seseorang. Pagi harinya terjadi kegaduhan lagi dimasyarakat : semalam ada pezina yang diberi sedekah. Berita inipun sampai terdengar oleh lelaki yang bersedekah ini. Maka ia beranggapan sedekahnya salah sasaran dan berkata “Ya Allah, segala puji bagi-Mu. Sungguh aku akan bersedekah dengan satu sedekah lagi.” 

3. Maka dia bersedekah lagi dengan 1 sedekah yang dikeluarkan malam harinya dan diberikan kepada seseorang. Pagi harinya terjadi kegaduhan lagi dimasyarakat : semalam ada Orang Kaya yang diberi sedekah. Berita inipun sampai terdengar oleh lelaki yang bersedekah ini. Maka ia beranggapan sedekahnya salah sasaran dan berkata “Ya Allah, segala puji bagi-Mu. Atas pencuri, atas pezina dan atas orang yang kaya itu.”
 
Digambarkan rasulullah SAW bahwa: Adapun sedekah kepada pencuri maka (dengan sedekah itu) ia menjaga kehormatannya dari perbuatan mencuri. Adapun wanita pezina itu maka (dengan sedekah itu) ia menjaga kehormatannya dari zina. Sementara orang kaya itu (dengan sedekah yang ia terima itu) ia dapat mengambil pelajaran sehingga ia berinfak dari sebagian rizki yang Allah berikan kepada-Nya perubahan dari sifat bakhil ke dermawan”.  

Demikian semoga kita dapat mengambil pelajaran dari apa yang diperintahkan oleh Allah SWT dan senantiasa berhusnudzon terhadap perintah-perintahNya serta diberikan kekuatan untuk melaksanakan dengan ikhlas penuh harap kepada Allah karena pada hakekatnya kebaikan yang kita lakukan adalah kembali kepada pelakunya. Aamin.

No comments:

Post a Comment